Tuesday, May 09, 2006



glediz
09 May 2006 18:05:17
glediz
Dear Glediz.
Apa khabarmu? Semoga sehat ya. Aku gemes ingin khabar darimu.
Semakin kubuka tirai pengetahuan, kok rasanya pandanganku semakin kabur saja sih. Sampai kudu berkali kali geleng2 kepala. Selama setahun terakhir ini rupanya ketertinggalanku semakin menjadi jauh sekali akan berita2 teknologi yang ternyata dari segi waktu bukan lagi barang baru. Apalagi bagi mahluk sekualitas kamu.
Makanya buat memelihara pikiran dan ingatan sengaja kubuka satu blog sebagai diary saja. Untuk memudahkan penyuntingan kembali bahan2 yang sekiranya bakal kuperlukan dan pemeliharaan semangat apa saja, agar tak selalu merasa tertinggal kereta.
Klo Glediz sempat silahkan buka URL http://fmylla.blogspot.com/
Klo berkenan juga silahkan tanggapi apa saja tentu bermanfaat buatku. Ternyata kepalaku ini seperti Recycle Bin deh. Isinya tentunya apalagi kalau bukan garbages. Aku jadi malu sama Glediz.

APLIKASI IMAGING RESISTIVITY UNTUK MENDETEKSI RONGGA BAWAH PERMUKAAN

http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1442&Itemid=30

APLIKASI IAMGING RESISTIVITY UNTUK MENDETEKSI RONGGA BAWAH PERMUKAAN
Pada percobaan yang dilakukan BPPT, imaging resistivity dipakai untuk mencari rongga bawah permukaan. Percobaan dilakukan di atas terowongan pada spasi 2 meter dengan total lintasan 31 m. Hasilnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini . APLIKASI “IMAGING RESISTIVITY” UNTUK MENCARI RONGGA BAWAH TANAH Untuk keperluan mendeteksi keadaan bawah permukaan, telah banyak diterapkan metoda geofisika yaitu suatu metodologi yang mempelajari sifat bumi berdasarkan karakter kelistrikan, kemagnetan maupun karakter fisik lainnya. Metoda ini bisa dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu geofisika dinamis dan statis. Pada metoda geofisika dinamis, kita memberikan “gangguan” ke bumi seperti memberikan aliran listrik (pada metoda geolistrik) , memberikan getaran (pada metoda seismik), untuk kemudian membaca respon yang diberikan bumi. Sedangkan pada metoda statis (gravity, geomagnet, VLF), kita tidak memberikan “gangguan” apapun. Untuk keperluan bawah permukaan yang dangkal, metoda geofisika yang diperlukan adalah yang mempunyai resolusi tinggi sehingga benda yang dideteksi akan dapat ditentukan secara akurat. Eksplorasi bawah permukaan yang dangkal semacam ini lajimnya dilakukan pada kepentingan geoteknik, eksplorasi mineral industri, kepentingan arkeologi, lingkungan, air tanah, dll. Saat ini, salah satu metoda yang banyak dipakai untuk eksplorasi dangkal adalah geolistrik 2-D. Hasil yang diperoleh dari metoda ini adalah suatu sayatan vertikal (penampang tegak) sampai kedalaman tertentu. Pada penampang ini bentuk dan kedalaman benda akan dapat diketahui dengan baik. Menggunakan peralatan geolistrik yang biasa, penerapan 2-D geolistrik ternyata memerlukan waktu yang relatif lama. Sebagai gambaran, untuk eksplorasi batuan fosfat , untuk membuat penampang sepanjang 600 meter diperlukan waktu satu hari. “Imaging Resistivity “ sebagai judul tulisan ini juga merupakan pengembangan dari geolistrik 2-D. Alat yang dipakai juga spesifik yaitu Mc.Ohm 21. Alat ini terdiri dari alat baca resistivity, geoscanner dan power booster. Alat baca resistivity berfungsi untuk membaca nilai R pada berbagai macam konfigurasi (dipole-dipole, wenner, schlumnberger, pole-pole, pole-dipole), sedangkan geoscanner merupakan muara kabel-kabel yang disambungkan pada 32 elektroda sekaligus. Geoscanner memberikan informasi ke alat baca. Power booster merupakan penguat arus yang diinjeksikan ke bumi. Menggunakan power booster, kuat arus yang diinjeksikan bisa mencapai 4 kali lipatnya. Kelebihan alat ini dibandingkan metoda konvensional adalah kecepatan pengambilan data. Untuk survei satu lintasan sepanjang 600 meter , menggunakan geolistrik konvensional memerlukan waktu satu hari, sedangkan menggunakan alat ini hanya memerlukan waktu 1 (satu ) jam. Kesalahan pengambilan data juga bisa dikurangi. Pada percobaan yang dilakukan BPPT, imaging resistivity dipakai untuk mencari rongga bawah permukaan. Percobaan dilakukan di atas terowongan pada spasi 2 meter dengan total lintasan 31 m. Hasilnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini . Gb. 1 Tahanan Jenis hasil pengukuran Gb. 2 Tahanan Jenis sebenarnya dan interpretasi posisi terowongan Untuk informasi lebih detil mengenai penelitian ini, dapat menghubungi Bidang Eksplorasi dan Penambangan PPPTPSM – BPPTeklnologi , Gd. II Lt. 18 Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta.

No comments: